A. Postmodernisme
Postmodernisme mengisyaratkan proses perubahan pada keadaan dunia sosial. Perubahan dilihat dari modernisme yang dikenal dengan masa pencerahan ke zaman setelah modernisme atau postmodernisme. Perkembangan modern ini tidak lepas dari pemikiran para ilmuan sebagai kemajuan intelektual yang menghasilkan perkembangan dari ilmu pengetahuan yang bersifat rasional.
Masa modernisme melahirkan teori besar yang digunakan untuk menelaah berbagai permasalahan sosial yang terdapat pada berbagai lapisan masyarakat yang berbeda latar belakang sosial dan letak secara geografi. Ilmu pengetahuan yang berkembang dikenal dengan narasi besar. Teori yang dikenalkan yaitu evolusi, strukturalisme, fungsionalisme digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemikiran yang besifat absolut.
Postmodernisme dapat dilihat dari segi afirmatif, bahasa, epistemologis. Postmodernisme secara afirmatif tidak mempercayai kebenaran teori terutama teori besar. Teori besar mencakup kebenaran ruang dan waktu yang luas. Pengaruh Marx dalam dunia sosial dilihat dari pemikiran pertentangan antar kelas yang menandakan digunakan struktur pertentangan kelas. Masyarakat dipandang dua kelas yang berbeda yaitu borjuis sebagai kelas atas dan proletar sebagai kelas bawah. Teori pertentangan kelas menjadi sebuah kebenaran yang luas digunakan sampai sekarang. Postmodernisme menggunakan teori kecil yang lebih dekat dengan keadaan suatu masyarakat. Penelitian tentang kehidupan petani perempuan pada pertanian, pabrik penambang emas. Penelitiannya selain menggunakan kekuasaan juga dapat melihat peranan dan status berkaitan dengan ekonomi keluarga (2005: 393)
Postmodernisme dipengaruhi oleh penolakan pengaruh bahasa yang tidak netral. Pengaruh bahasa dapat dilihat dari oposisi biner pada modernisme. Postmodernisme menempatkan bahasa berfungsi sebagai medium netral bagi pemikiran untuk mencerminkan atau mempresentasikan dunia.(2005: 379) Deridda menolak bahasa yang tidak netral dengan istilah logosentrisme yaitu pencaharian sistem berpikir universal yang mengungkapkan apa yang benar, tepat, indah dst yang telah menguasai pemikiran barat (2004: 608). Bahasa dilihat sebagai yang tidak teratur dan tidak stabil. Bahasa menghasilkan berbagai arti yang berlainan yang tidak mempunyai kekuatan memaksa terhadap orang yang memiliki peran berbeda dalam situasi sosial.
Postmodernisme sebagai epistemologi ditandai dengan prinsip paralogy yang membiarkan segala sesuatu terbuka untuk kemudian sensitif terhadap perbedaan-perbedaan. Postmodernisme dapat digunakan untuk analisis sosial dan dapat terus mengikuti perkembangan yang terjadi.
Foucault membahas bagaimana orang mengatur diri sendiri dan orang lain melalui produksi pengetahuan. Pengetahuan mengahasilkan kekuasan dengan mengangkat orang sebagai subjek dengan pengetahuan Dalam geneologi kekuasaan (2004: 612). Kekuasaan tanpa pengetahuan adalah mustahil. Pengetahuan yang mengandung kekuasaan memberi dampak revolusioner bagi ilmu sosial.
B. Manfaat Postmodernisme Bagi Ilmu Sosial
Postmodernisme mempunyai manfaat bagi perkembangan yang terjadi dalam dunia sosial. Postmodernisme yang menolak modernisme yang melalui teknologi, industri, komunikasi dan gaya hidup merusak keadaan alam dan merendahkan martabat manusia. Postmodernisme memberikan harapan untuk menghasilkan kreativitas dan semangat intelektualisme dan melindungi keberadaan manusia menjadi sebuah kenyataan.
Thomas khun punya andil besar terhadap perkembangan postmodernisme dalam kebenaran teori. Menurut pandangan, paradigma perkembangan ilmiah ditandai oleh sifat-sifat revolusioner (2002: 109). Paradigama dengan teknik rasional maupun sistem kepercayaan pada para ilmuan sebagai faktor yang mensahkan sebuah teori yang tidak atau dapat digunakan sebagai pedoman riset. Realitas dipandang terdiri dari berbagai unsur dan tidak meyakini kebenaran tunggal.
Visi pascamodernisme lebih didasarkan pada pengakuan terhadap karakter realitas sosial yang serba acak (random), berserakan, bergerak, dan amat majemuk. Karena itu, etika dan nilai-nilai moral, semacam “keadilan”, hanya bisa memeroleh arti lokal dan sementara (Lyotard, 2004). Pengetahuan lokal digunakan untuk pengembangan ekologi pada masyarakat sesuai dengan keadaan tempat tinggal. Apabila permasalahan yang terjadi perubahan dalam masyarakat, maka penyelesaikan dilakukan dengan cara yang berbeda. Contoh pengetahuan lokal atau ekologi kampung: Masyarakat kesepuhan Ciptagelar yang memiliki pola pemanfaatan hutan secara turun temurun dengan sistem perizinan, jatah tebang, tebang pilih dan hutan tanaman industri agar tidak menebang hutan alam (2004: 28). Masyarakat dengan kemampuan yang dimiliki menjaga kelestarian dan mencegah terjadinya kerusakan hutan. Mereka dapat menjaga ekosistem antara alam dan keberadaan manusia.
Postmodernime melakukan pendekatan relativistik dan pluralistik dengan sikap kerendahan hati untuk mendengarkan dan mengapresiasi yang lain, postmo cenderung anti pusat dan lokalitas (2005: 383). Penyelesaian terhadap permasalahan dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai dengan keadaan waktu dan ruang. Cara yang dilakukan berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Pemikiran bahwa masyarakat memiliki kemampuan sendiri terhadap permasalahan yang dihadapi.
Postmodernisme mendorong para feminisme menolak subordinat laki-laki pada perkembangan ilmu pengetahuan. Laki-laki berada dalam posisi lebih baik dari pada perempuan dalam ilmu pengetahuan. Feminisme menginginkan perempuan juga diletakkan dalam posisi yang sama dengan laki-laki. Perempuan memiliki andil dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perempuan juga bisa berkerja seperti laki-laki misalnya pemikiran ekologi pembangunan oleh Vandana Shiva.
Bagi kalangan ilmu sosial postmodernisme dengan metode dekontruksinya membuat kita berpikir mendasar tentang segala hal yang selama ini dianggap pasti, membuat kita peka terhadap pendapat lain, memacu dan menghidupkan sikap kritis dan hati-hati. Realitas tidak dipandang dengan sistem yang fungsional, postmodernisme mendorong melihat gejala sosial dengan metode yang berbeda.
Baudrillard terhadap realitas yang sesungguhnya itu, nampaknya sudah mencapai tahapan yang paling serius. Karena baginya, televisi yang telah mengkonstruksi segala jenis dan bentuk realitas. Mungkin karena sinismenya yang sudah begitu akut terhadap realitas, seperti Perang Teluk oleh Baudrillard justru dianggap sebagai simulasi. Perang Teluk tidak pernah ada, dan yang terjadi serta hadir di hadapan kita adalah semata-mata simulakra televisi, begitu ikrar Baudrillard. (Piliang, 2004, Ritzer dan Goodman, 2004: 642) Televisi menampilkan sesuatu yang melebihi realitas dari sesuatu yang sebenarnya terjadi.
Potmodernisme berperan dalam perkembangan ilmuan pengetahuan termasuk Antropologi. Antropologi harus menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi dan harus berperan dalam postmodernisme. Antropologi harus memiliki kemampuan yang sesuai dengan sesuatu hal yang terdapat dalam dunia sosial. Misal: Antropologi harus dapat meneliti perkembangan media dan pengaruhnya bagi masyarakat. Seorang antropolog harus mengikuti dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih baik. Penilitian antropologi dilakukan diharapkan berguna buat ilmu lainnya (2005: 388). Perubahan sebesar apapun harus diikuti oleh antropoogi sebagai bidang ilmu melalui pengembangan kemampuan para antropolog agar tidak terjerat dengan mandulnya ilmu yang dimiliki.
Teori dan konsep harus dikembangkan agar antropologi terus hidup sebagai ilmu pengetahuan. Para antropolog harus mampu mengadopsi perubahan dunia yang mengancam kelangsuangan teori metode-metode dan praktik antropologi (2005: 391). Antropolog tidak hanya mendewakan antropologi dengan narasi besar yang dimiliki yang dianggap dapat menyelesaikan berbagai permasalahan. Antropolog sebagai ilmuan harus memiliki cara baru dan menciptakan teori baru untuk memecahkan permasalahan yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar