Selamat Datang

Selamat membaca dan mengutip, jangan menjadi plagiat
Bagi pemilik tulisan harap kunjungi "surat untuk penulis"

Minggu, 17 Juni 2012

MAKNA HANTU DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

Study Kasus : Masyarakat Melayu Daik


Oleh : Febby Febriyandi. YS


Pendahuluan

Pesatnya kemajuan yang dicapai manusia dibidang teknologi memang telah mempengaruhi semua aspek kehidupan tanpa terkecuali. Sebagian besar dari aspek kehidupan itu telah berubah drastis tanpa dapat dibendung. Dapat kita saksikan banyak bahasa daerah, kesenian tradisi, upacara adat, dan sistem kekerabatan yang telah berubah bahkan hilang. Namun jika kita perhatikan, ada suatu gejala dalam kebudayaan masyarakat manusia yang tetap bertahan. Gejala yang dimaksud adalah kepercayaan manusia terhadap keberadaan mahkluk gaib. Kepercayaan terhadap mahkluk gaib dapat mencakup pengertian yang luas, karena didalamnya termasuk kepercayaan terhadap Tuhan. Dalam tulisan ini, kepercayaan terhadap mahkluk gaib yang dimaksud adalah kepercayaan manusia mengenai keberadaan hantu.
Apa itu hantu? Adalah pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal. Hal ini disebabkan oleh dua hal : pertama, hantu bersifat metafisik yang tidak bisa ditangkap melalui indera manusia, sehingga sebagian besar orang hanya memiliki pengetahuan yang samar-samar mengenai hantu. Biasanya hanya dukun, atau pawang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih rinci mengenai hantu dan mahkluk gaib lainnya. Kedua, definisi hantu bersifat kontekstual, tergantung dalam masyarakat mana hantu itu ditemukan dan siapa yang mendefinisikan. Artinya, setiap masyarakat (bahkan setiap orang) memiliki konsep hantunya sendiri, yang mungkin saja berbeda atau sama dengan konsep hantu bagi orang atau masyarakat lain.
Tulisan ini mengambil contoh kasus masyarakat Melayu di Daik Lingga – Provinsi Kepulauan Riau. Menurut seorang informan disana, mahkluk gaib dapat dikelompokkan kedalam Jin, Mambang, Siluman, hantu dan roh. Meskipun dikelompokkan dalam lima jenis tersebut, namun ia tidak memahami perbedaan tegas antara kelimanya. Informan lain mengatakan mahkluk gaib yang diciptakan Allah terdiri dari Malaikat, iblis, Jin dan roh. Sedangkan mahkluk yang dikenal dengan nama lain seperti hantu, siluman, tuyul dan sebagainya adalah jin yang berwujud lain. Setan adalah nama lain dari iblis. Hantu menurutnya adalah sebutan orang awam untuk makhluk halus yang menampakkan diri dalam wujud yang menyeramkan dan mengganggu manusia. Jadi sebenarnya hantu bukanlah mahkluk tersendiri, tetapi hanya istilah[1].
Tulisan ini tidak untuk membahas jenis-jenis hantu dalam masyarakat Melayu Daik, dan bukan pula untuk menjawab pertanyaan apakah hantu tersebut benar-benar ada, atau apakah hantu tersebut benar-benar pernah dilihat manusia dengan mata telanjang. Yang akan dibicarakan disini adalah mengapa hantu dengan bentuk dan karakter tertentu yang dicitrakan oleh orang Melayu Daik (misalnya anak bajang, hantu bute, dsb), dan bukan bentuk serta karakter hantu yang lain, misalnya genduruwo, wewegombel. Perbedaan penggambaran / pencitraan ini mengisyaratkan bahwa perwujudan serta karakter hantu dalam suatu masyarakat tidak terjadi sembarangan, tetapi memiliki alasan tertentu yang dapat dipahami. Dengan kata lain, keberadaan hantu bermakna bagi kehidupan sosial di Daik. 


Mahkluk Gaib di Daik

            Khalayak umum di Daik mengenal cukup banyak jenis makhluk gaib, namun tidak dapat menjelaskan dengan rinci pengelompokan makhluk gaib tersebut, apakah termasuk Jin, atau jenis lain yang berbeda. Ini merupakan hal yang biasa dijumpai karena mahkluk gaib tidak kasat mata sehingga tidak dapat diidentifikasi secara jelas. Dalam tulisan ini hanya akan disebutkan beberapa contoh untuk memudahkan menganalisa maknanya bagi kehidupan sosial di sana. Beberapa mahkluk gaib yang diyakini keberadaannya oleh orang Melayu Daik adalah :
1.      Mambang / Jerambang
Mambang adalah mahkluk gaib pemakan ikan yang tinggal diperairan seperti danau, sungai dan laut. Karena tinggal di dekat air, mambang juga dikenal dengan sebutan hantu air atau hantu ikan. Mambang ini dapat menampakkan wujudnya kepada manusia pada malam hari dalam bentuk cahaya api dipinggir atau ditengah sungai, danau maupun laut. Cahaya api tersebut kadang-kadang kecil, kadang-kadang besar membara tergantung ukuran tubuh si mambang. Dalam versi yang lain mambang digambarkan berbentuk kera besar berwarna hitam pekat. Mambang atau jerambang atau hantu air ini memiliki tabiat suka mengganggu manusia, misalnya nelayan yang sedang mencari ikan pada malam hari, atau orang yang pergi ketepian sungai pada malam hari. Orang yang diganggu mambang akan menderita demam atau juga sakit perut. Meskipun menyebabkan penyakit, namun gangguan tersebut tidak sampai menyebabkan kematian. Orang Melayu Daik percaya bahwa mambang tidak mengganggu sembarang orang. Orang yang diganggu mambang atau hantu air biasanya telah melakukan suatu kesalahan atau melanggar pantangan seperti : bersifat takabur ketika hendak menangkap ikan dan membuang kotoran atau meludah sembarangan.
2.      Jembalang Tanah
Jembalang tanah adalah makhluk gaib yang tinggal di dalam tanah baik di hutan maupun di pemukiman manusia. Mahkluk ini juga dikenal dengan nama hantu bute. Jembalang tanah berwujud seperti kera besar dengan bulu berwarna hitam. Hantu bute dipercaya suka berbuat jahil. Ia suka mengganggu orang yang membuat jerat atau sedang mengambil kayu dihutan. Orang yang terkena gangguan Jembalang tanah akan menderita demam dengan suhu badan yang meningkat secara drastis. Jembalang tanah tidak suka dengan arak dan garam. Oleh karena itu,orang Melayu memiliki kebiasaan menaburkan garam ditempat-tempat yang diduga sebagai tempat tinggal jembalang tanah.
3.      Jin
Jin adalah makhluk gaib yang dapat berubah bentuk makhluk lain, dan paling gemar menyerupai manusia atau raksasa. Jin diyakini tinggal di lembah, hutan, tebing dan goa. Berdasarkan perilakunya, orang Melayu Daik membedakan jin dalam dua jenis yaitu jin jahat dan jin baik. Jin yang berperilaku jahat suka mengganggu orang yang sedang termenung sehingga menyebabkan kerasukan, tidak sadarkan diri dan bahkan menyebabkan gangguan jiwa. Jin baik disebut sebagai jin Islam, dan dapat dimintai bantuan untuk menjaga rumah atau untuk mengetahui peristiwa yang akan terjadi.
4.      Siluman
Siluman adalah jenis makhluk gaib yang dapat menyerupai manusia, namun ditandai dengan telapak kaki yang tidak memijak tanah. Siluman juga dicirikan dengan kebiasaannya tidak mengenakan pakaian, dan bentuk mulutnya yang memanjang secara vertikal sehingga menyerupai kemaluan perempuan. Siluman tinggal di hutan, pohon besar serta tempat yang lembab dan sunyi. Siluman gemar mengganggu manusia dengan cara menyesatkan orang yang sedang mencari kayu di hutan, atau mengganggu dengan memanggil dan membuat suara-suara aneh.   Siluman dipercaya mampu menampakkan diri pada siang hari, saat ia mencari makanan berupa telur semut atau cacing.
5.      Anak Bajang
Anak bajang adalah mahkluk gaib yang berwujud seperti bayi atau seperti tuyul. Makhluk ini diyakini tinggal di dalam selokan disekitar pemukiman warga, di semak-semak perdu dan juga di tempat pembuangan air bekas cucian atau disebut longkang. Anak bajang suka menangis untuk menakuti manusia. Gangguan seperti ini hanya membuat orang-orang terkejut atau ketakutan, dan tidak sampai menyebabkan penyakit yang berdampak serius.
6.      Kuntilanak
Kuntilanak adalah mahkluk gaib berwujud perempuan yang berambut panjang, kuku panjang dengan pakaian serba putih. Kuntilanak tinggal disekitar kuburan atau di atas pohon besar. Makhluk ini suka sekali menakuti manusia dengan menampakkan diri pada malam hari. Berbeda dengan Anak bajang, kuntilanak dapat membunuh korbannya.
7.      Penanggal
Penanggal adalah makhluk gaib yang dengan wujud kepala perempuan berambut panjang tetapi tidak memiliki badan. Penanggal disebut-sebut sering terlihat terbang dan hinggap di tulang bumbungan rumah orang Melayu. Makanan penanggal adalah darah, terutama darah bayi dan perempuan yang sedang hamil, sedang melahirkan atau beberapa hari setelah melahirkan. Penanggal dipercaya mampu menghisap darah korbannya hanya dengan menatap mata si korban. Penanggal termasuk mahkluk gaib yang paling ditakuti oleh masyarakat karena penanggal dianggap selalu membunuh korbannya.
8.      Srindai
Srindai adalah makhluk gaib yang tidak pernah diketahui wujudnya. Orang yang terkena gangguan srindai ditandai dengan munculnya penyakit kulit seperti kurap tetapi disertai dengan bengkak dan berwarna merah. Srindai ini disebut dapat membunuh korbannya apabila tidak segera diobati.
9.      Gelegate
Gelegate adalah jenis makhluk gaib yang juga tidak pernah diketahui wujudnya. Gangguan gelegate juga mengakibatkan penyakit kulit seperti Srindai, tetapi bagian kulit yang sakit lebih besar dan rasa sakitnya lebih menyiksa. Apabila penyakit gelegate mengenai bagian pinggang korbannya dan telah mengelilingi pinggang dengan sempurna, dipercaya dapat menyebabkan kematian.
            Pengetahuan dan keyakinan orang Melayu Daik terhadap keberadaan mahkluk-mahkluk gaib tersebut merupakan suatu gejala kebudayaan masyarakat disana. Tidaklah penting apakah mahkluk tersebut benar-benar ada atau hanya imajiner belaka, karena memang tidak banyak orang yang memiliki pengalaman berhadapan dengan mahkluk tersebut, sebagian besar hanya mendengar cerita saja. Meskipun sekedar cerita, keberadaan mahkluk gaib tersebut tetapi dapat menumbuhkan nilai-nilai yang pada akhirnya turut menentukan prilaku orang Melayu Daik.


Makna Hantu Bagi Masyarakat Daik

             Keberadaan hantu dalam masyarakat Daik sebagaimana telah dijelaskan, bukanlah sesuatu yang kebetulan atau sesuatu yang tidak berguna. Hantu-hantu itu merupakan bagian dari sistem simbol yang digunakan oleh orang Melayu Daik untuk menyimpan nilai budaya mereka. Dengan kata lain, setiap hantu bermakna bagi orang Melayu Daik. Untuk dapat memahami makna hantu-hantu tersebut, terlebih dahulu kita harus memahami konsep hantu bagi orang Melayu di Daik. Bagi mereka, hantu adalah sosok makhluk yang sangat berbeda dengan manusia, baik bentuk maupun tabiat/perilaku. Manusia dipandang sebagai mahkluk yang sempurna dengan wujud menawan dan (idealnya) berperilaku baik, sebaliknya hantu dipandang sebagai mahkluk yang tidak sempurna karena wujudnya menyeramkan dan berperilaku jahat. Dengan pandangan bahwa hantu adalah mahkluk tidak sempurna, maka manusia tidak diperkenankan menyerupai hantu baik dalam segi wujud apalagi perilaku. Disinilah letak makna hantu bagi orang Melayu Daik, yaitu sebagai simbol perilaku yang tidak diterima dalam budaya Melayu Daik.
            Jerambang bermakna bahwa orang Melayu Daik harus memiliki sikap rendah hati, sopan dan menghargai orang lain. Jembalang bermakna bahwa orang Melayu Daik harus memiliki sikap selalu berhati-hati dan wajib melindungi keselamatan, kemanan dan ketentraman kampung. Jin dan siluman merupakan simbol yang bermakna bahwa orang Melayu harus memiliki pendirian yang teguh. Dalam Budaya Melayu orang yang selalu berubah pendirian / tidak konsisten dengan perkataan dan janji adalah orang yang hina. Anak Bajang merupakan simbol yang selalu mengingatkan setiap orang tua untuk bertanggungjawab dalam mendidik anak. Anak yang jahil dan kotor dicemooh sebagai anak bajang, dan ini merupakan bukti kegagalan orang tua dalam mendidik dan merawat anaknya. Kuntilanak merupakan simbol yang mengajarkan kepada perempuan Melayu di Daik untuk selalu menjaga malu dengan tidak menggoda lelaki, menjaga diri dengan tidak keluyuran, serta selalu mengurus diri agar terlihat menarik oleh setiap orang yang memandang. Perempuan Melayu (baik gadis maupun sudah bersuami) yang suka menggoda lelaki, keluyuran dan berpenampilan sembrono diserupakan dengan kuntilanak yang keluar disiang hari. Penanggal adalah simbol yang bermakna bahwa setiap orang Melayu tidak boleh bergantung hidup kepada orang lain, apalagi orang yang juga sedang kesusahan. Keadaan ini disebut dengan perumpamaan “hidup dengan meminum darah saudaranya sendiri”. Srindai dan Gelegate merupakan simbol yang mengajarkan seseorang agar tidak menjadi sumber aib yang menyiksa keluarga. Oleh karena itu, berfikirlah sebelum berbuat.
            Dengan demikian jelaslah bahwa hantu bukan sekedar persoalan percaya atau tidak, tahayul atau bukan, tetapi merupakan bagian dari sistem simbol yang menjadi wahana nilai budaya tertentu. Antara hantu dengan nilai budaya tersebut memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Kepercayaan akan keberadaan hantu yang menakutkan membuat orang Melayu (baik sadar atau tidak) berusaha untuk selalu hidup sesuai dengan nilai budaya yang mereka anut. Sebaliknya, keberadaan nilai budaya memungkinkan keberadaan hantu selalu eksis dalam kepercayaan masyarakat di sana. Sebagai contoh, setiap orang Melayu yang pergi melaut akan berusaha bersikap sopan dan menjaga diri karena takut akan diganggu oleh Jerambang, dan lebih takut lagi apabila dicap sebagai Jerambang. Sebaliknya, orang Melayu akan selalu mempercayai keberadaan Jerambang selama sikap takabur dan tinggi hati merupakan sikap yang tidak diperkenankan dalam budaya Melayu.



Kesimpulan

            Wujud dan karakter hantu merupakan simbol yang mengandung nilai budaya tertentu dalam suatu masyarakat. Dengan memahami makna hantu dalam kehidupan sosial, dapat dipahami mengapa wujud serta karakter hantu dalam masing-masing masyarakat dapat berbeda dengan masyarakat lainnya. Wujud dan karakter hantu yang dicitrakan oleh manusia dipengaruhi oleh nilai budaya (makna) apa yang dilekatkan kepada hantu tersebut. Jika pepatah lama mengatakan lain lubuk lain ikan, maka lain masyarakat lain pula hantunya.



Ditulis Untuk Siaran Rampai Budaya RRI Pratama Tanjungpinang - KEPRI

[1] Pengertian hantu sebagaimana disampaikan informan tersebut menjadi dasar perumusan judul tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar