Study Kasus : Masyarakat Melayu Daik
Oleh : Febby Febriyandi. YS
Ditulis Untuk Siaran Rampai Budaya RRI Pratama Tanjungpinang - KEPRI
Oleh : Febby Febriyandi. YS
Pendahuluan
Pesatnya kemajuan yang dicapai manusia dibidang teknologi memang telah
mempengaruhi semua aspek kehidupan tanpa terkecuali. Sebagian besar dari aspek
kehidupan itu telah berubah drastis tanpa dapat dibendung. Dapat kita saksikan
banyak bahasa daerah, kesenian tradisi, upacara adat, dan sistem kekerabatan yang
telah berubah bahkan hilang. Namun jika kita perhatikan, ada suatu gejala dalam
kebudayaan masyarakat manusia yang tetap bertahan. Gejala yang dimaksud adalah
kepercayaan manusia terhadap keberadaan mahkluk gaib. Kepercayaan terhadap
mahkluk gaib dapat mencakup pengertian yang luas, karena didalamnya termasuk
kepercayaan terhadap Tuhan. Dalam tulisan ini, kepercayaan terhadap mahkluk
gaib yang dimaksud adalah kepercayaan manusia mengenai keberadaan hantu.
Apa itu hantu? Adalah pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal.
Hal ini disebabkan oleh dua hal : pertama, hantu bersifat metafisik yang tidak
bisa ditangkap melalui indera manusia, sehingga sebagian besar orang hanya
memiliki pengetahuan yang samar-samar mengenai hantu. Biasanya hanya dukun,
atau pawang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih rinci mengenai hantu dan
mahkluk gaib lainnya. Kedua, definisi hantu bersifat kontekstual, tergantung
dalam masyarakat mana hantu itu ditemukan dan siapa yang mendefinisikan. Artinya,
setiap masyarakat (bahkan setiap orang) memiliki konsep hantunya sendiri, yang mungkin
saja berbeda atau sama dengan konsep hantu bagi orang atau masyarakat lain.
Tulisan ini mengambil contoh kasus masyarakat Melayu di Daik Lingga – Provinsi
Kepulauan Riau. Menurut seorang informan disana, mahkluk gaib dapat
dikelompokkan kedalam Jin, Mambang, Siluman, hantu dan roh. Meskipun
dikelompokkan dalam lima jenis tersebut, namun ia tidak memahami perbedaan
tegas antara kelimanya. Informan lain mengatakan mahkluk gaib yang diciptakan
Allah terdiri dari Malaikat, iblis, Jin dan roh. Sedangkan mahkluk yang dikenal
dengan nama lain seperti hantu, siluman, tuyul dan sebagainya adalah jin yang
berwujud lain. Setan adalah nama lain dari iblis. Hantu menurutnya adalah sebutan
orang awam untuk makhluk halus yang menampakkan diri dalam wujud yang
menyeramkan dan mengganggu manusia. Jadi sebenarnya hantu bukanlah mahkluk
tersendiri, tetapi hanya istilah[1].
Tulisan ini tidak untuk membahas jenis-jenis hantu dalam masyarakat
Melayu Daik, dan bukan pula untuk menjawab pertanyaan apakah hantu tersebut
benar-benar ada, atau apakah hantu tersebut benar-benar pernah dilihat manusia
dengan mata telanjang. Yang akan dibicarakan disini adalah mengapa hantu dengan
bentuk dan karakter tertentu yang dicitrakan oleh orang Melayu Daik (misalnya anak bajang, hantu bute, dsb), dan bukan bentuk serta karakter hantu yang lain,
misalnya genduruwo, wewegombel. Perbedaan
penggambaran / pencitraan ini mengisyaratkan bahwa perwujudan serta karakter hantu
dalam suatu masyarakat tidak terjadi sembarangan, tetapi memiliki alasan
tertentu yang dapat dipahami. Dengan kata lain, keberadaan hantu bermakna bagi
kehidupan sosial di Daik.
Mahkluk Gaib di
Daik
Khalayak umum di Daik
mengenal cukup banyak jenis makhluk gaib, namun tidak dapat menjelaskan dengan
rinci pengelompokan makhluk gaib tersebut, apakah termasuk Jin, atau jenis lain
yang berbeda. Ini merupakan hal yang biasa dijumpai karena mahkluk gaib tidak
kasat mata sehingga tidak dapat diidentifikasi secara jelas. Dalam tulisan ini
hanya akan disebutkan beberapa contoh untuk memudahkan menganalisa maknanya
bagi kehidupan sosial di sana. Beberapa mahkluk gaib yang diyakini
keberadaannya oleh orang Melayu Daik adalah :
1. Mambang
/ Jerambang
Mambang
adalah mahkluk gaib pemakan ikan yang tinggal diperairan seperti danau, sungai
dan laut. Karena tinggal di dekat air, mambang juga dikenal dengan sebutan
hantu air atau hantu ikan. Mambang ini dapat menampakkan wujudnya kepada
manusia pada malam hari dalam bentuk cahaya api dipinggir atau ditengah sungai,
danau maupun laut. Cahaya api tersebut kadang-kadang kecil, kadang-kadang besar
membara tergantung ukuran tubuh si mambang. Dalam versi yang lain mambang digambarkan
berbentuk kera besar berwarna hitam pekat. Mambang atau jerambang atau hantu
air ini memiliki tabiat suka mengganggu manusia, misalnya nelayan yang sedang
mencari ikan pada malam hari, atau orang yang pergi ketepian sungai pada malam
hari. Orang yang diganggu mambang akan menderita demam atau juga sakit perut.
Meskipun menyebabkan penyakit, namun gangguan tersebut tidak sampai menyebabkan
kematian. Orang Melayu Daik percaya bahwa mambang tidak mengganggu sembarang
orang. Orang yang diganggu mambang atau hantu air biasanya telah melakukan
suatu kesalahan atau melanggar pantangan seperti : bersifat takabur ketika
hendak menangkap ikan dan membuang kotoran atau meludah sembarangan.
2. Jembalang
Tanah
Jembalang
tanah adalah makhluk gaib yang tinggal di dalam tanah baik di hutan maupun di
pemukiman manusia. Mahkluk ini juga dikenal dengan nama hantu bute. Jembalang
tanah berwujud seperti kera besar dengan bulu berwarna hitam. Hantu bute
dipercaya suka berbuat jahil. Ia suka mengganggu orang yang membuat jerat atau
sedang mengambil kayu dihutan. Orang yang terkena gangguan Jembalang tanah akan
menderita demam dengan suhu badan yang meningkat secara drastis. Jembalang
tanah tidak suka dengan arak dan garam. Oleh karena itu,orang Melayu memiliki
kebiasaan menaburkan garam ditempat-tempat yang diduga sebagai tempat tinggal
jembalang tanah.
3. Jin
Jin
adalah makhluk gaib yang dapat berubah bentuk makhluk lain, dan paling gemar
menyerupai manusia atau raksasa. Jin diyakini tinggal di lembah, hutan, tebing
dan goa. Berdasarkan perilakunya, orang Melayu Daik membedakan jin dalam dua
jenis yaitu jin jahat dan jin baik. Jin yang berperilaku jahat suka mengganggu
orang yang sedang termenung sehingga menyebabkan kerasukan, tidak sadarkan diri
dan bahkan menyebabkan gangguan jiwa. Jin baik disebut sebagai jin Islam, dan
dapat dimintai bantuan untuk menjaga rumah atau untuk mengetahui peristiwa yang
akan terjadi.
4. Siluman
Siluman
adalah jenis makhluk gaib yang dapat menyerupai manusia, namun ditandai dengan
telapak kaki yang tidak memijak tanah. Siluman juga dicirikan dengan kebiasaannya
tidak mengenakan pakaian, dan bentuk mulutnya yang memanjang secara vertikal
sehingga menyerupai kemaluan perempuan. Siluman tinggal di hutan, pohon besar
serta tempat yang lembab dan sunyi. Siluman gemar mengganggu manusia dengan
cara menyesatkan orang yang sedang mencari kayu di hutan, atau mengganggu
dengan memanggil dan membuat suara-suara aneh. Siluman
dipercaya mampu menampakkan diri pada siang hari, saat ia mencari makanan
berupa telur semut atau cacing.
5. Anak
Bajang
Anak
bajang adalah mahkluk gaib yang berwujud seperti bayi atau seperti tuyul.
Makhluk ini diyakini tinggal di dalam selokan disekitar pemukiman warga, di
semak-semak perdu dan juga di tempat pembuangan air bekas cucian atau disebut longkang. Anak bajang suka menangis
untuk menakuti manusia. Gangguan seperti ini hanya membuat orang-orang terkejut
atau ketakutan, dan tidak sampai menyebabkan penyakit yang berdampak serius.
6. Kuntilanak
Kuntilanak
adalah mahkluk gaib berwujud perempuan yang berambut panjang, kuku panjang
dengan pakaian serba putih. Kuntilanak tinggal disekitar kuburan atau di atas
pohon besar. Makhluk ini suka sekali menakuti manusia dengan menampakkan diri
pada malam hari. Berbeda dengan Anak bajang, kuntilanak dapat membunuh
korbannya.
7. Penanggal
Penanggal
adalah makhluk gaib yang dengan wujud kepala perempuan berambut panjang tetapi
tidak memiliki badan. Penanggal disebut-sebut sering terlihat terbang dan
hinggap di tulang bumbungan rumah orang Melayu. Makanan penanggal adalah darah,
terutama darah bayi dan perempuan yang sedang hamil, sedang melahirkan atau
beberapa hari setelah melahirkan. Penanggal dipercaya mampu menghisap darah
korbannya hanya dengan menatap mata si korban. Penanggal termasuk mahkluk gaib
yang paling ditakuti oleh masyarakat karena penanggal dianggap selalu membunuh
korbannya.
8. Srindai
Srindai
adalah makhluk gaib yang tidak pernah diketahui wujudnya. Orang yang terkena
gangguan srindai ditandai dengan munculnya penyakit kulit seperti kurap tetapi
disertai dengan bengkak dan berwarna merah. Srindai ini disebut dapat membunuh
korbannya apabila tidak segera diobati.
9. Gelegate
Gelegate
adalah jenis makhluk gaib yang juga tidak pernah diketahui wujudnya. Gangguan
gelegate juga mengakibatkan penyakit kulit seperti Srindai, tetapi bagian kulit
yang sakit lebih besar dan rasa sakitnya lebih menyiksa. Apabila penyakit
gelegate mengenai bagian pinggang korbannya dan telah mengelilingi pinggang
dengan sempurna, dipercaya dapat menyebabkan kematian.
Pengetahuan dan
keyakinan orang Melayu Daik terhadap keberadaan mahkluk-mahkluk gaib tersebut
merupakan suatu gejala kebudayaan masyarakat disana. Tidaklah penting apakah
mahkluk tersebut benar-benar ada
atau hanya imajiner belaka, karena memang tidak banyak orang
yang memiliki pengalaman berhadapan dengan mahkluk tersebut, sebagian besar
hanya mendengar cerita saja. Meskipun sekedar cerita, keberadaan mahkluk gaib tersebut tetapi
dapat menumbuhkan
nilai-nilai yang pada
akhirnya
turut menentukan prilaku orang Melayu Daik.
Makna Hantu Bagi
Masyarakat Daik
Keberadaan
hantu dalam masyarakat Daik sebagaimana telah dijelaskan, bukanlah sesuatu yang
kebetulan atau sesuatu yang tidak berguna. Hantu-hantu itu merupakan bagian
dari sistem simbol yang digunakan oleh orang Melayu Daik untuk menyimpan nilai
budaya mereka. Dengan kata lain, setiap hantu bermakna bagi orang Melayu Daik. Untuk
dapat memahami makna hantu-hantu tersebut, terlebih dahulu kita harus memahami
konsep hantu bagi orang Melayu di Daik. Bagi mereka, hantu adalah sosok makhluk
yang sangat berbeda dengan manusia, baik bentuk maupun tabiat/perilaku. Manusia
dipandang sebagai mahkluk yang sempurna dengan wujud menawan dan (idealnya)
berperilaku baik, sebaliknya hantu dipandang sebagai mahkluk yang tidak
sempurna karena wujudnya menyeramkan dan berperilaku jahat. Dengan pandangan
bahwa hantu adalah mahkluk tidak sempurna, maka manusia tidak diperkenankan
menyerupai hantu baik dalam segi wujud apalagi perilaku. Disinilah letak makna
hantu bagi orang Melayu Daik, yaitu sebagai simbol perilaku yang tidak diterima
dalam budaya Melayu Daik.
Jerambang bermakna bahwa orang
Melayu Daik harus memiliki sikap rendah hati, sopan dan menghargai orang lain.
Jembalang bermakna bahwa orang Melayu Daik harus memiliki sikap selalu
berhati-hati dan wajib melindungi keselamatan, kemanan dan ketentraman kampung.
Jin dan siluman merupakan simbol yang bermakna bahwa orang Melayu harus
memiliki pendirian yang teguh. Dalam Budaya Melayu orang yang selalu berubah
pendirian / tidak konsisten dengan perkataan dan janji adalah orang yang hina.
Anak Bajang merupakan simbol yang selalu mengingatkan setiap orang tua untuk bertanggungjawab dalam mendidik anak. Anak yang jahil
dan kotor dicemooh sebagai anak bajang, dan ini merupakan bukti kegagalan orang
tua dalam mendidik dan merawat anaknya. Kuntilanak merupakan simbol yang
mengajarkan kepada perempuan Melayu di Daik untuk selalu menjaga malu dengan
tidak menggoda lelaki, menjaga diri dengan tidak keluyuran, serta selalu
mengurus diri agar terlihat menarik oleh setiap orang yang memandang. Perempuan
Melayu (baik gadis maupun sudah bersuami) yang suka menggoda lelaki, keluyuran
dan berpenampilan sembrono diserupakan dengan kuntilanak yang keluar disiang
hari. Penanggal adalah simbol yang bermakna bahwa setiap orang Melayu tidak
boleh bergantung hidup kepada orang lain, apalagi orang yang juga sedang
kesusahan. Keadaan ini disebut dengan perumpamaan “hidup dengan meminum darah
saudaranya sendiri”. Srindai dan Gelegate merupakan simbol yang mengajarkan seseorang
agar tidak menjadi sumber aib yang menyiksa keluarga. Oleh karena itu,
berfikirlah sebelum berbuat.
Dengan
demikian jelaslah bahwa hantu bukan sekedar persoalan percaya atau tidak,
tahayul atau bukan, tetapi merupakan bagian dari sistem simbol yang menjadi
wahana nilai budaya tertentu. Antara hantu dengan nilai budaya tersebut
memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Kepercayaan akan keberadaan hantu yang
menakutkan membuat orang Melayu (baik sadar atau tidak) berusaha untuk selalu
hidup sesuai dengan nilai budaya yang mereka anut. Sebaliknya, keberadaan nilai
budaya memungkinkan keberadaan hantu selalu eksis dalam kepercayaan masyarakat
di sana. Sebagai contoh, setiap orang Melayu yang pergi melaut akan berusaha
bersikap sopan dan menjaga diri karena takut akan diganggu oleh Jerambang, dan
lebih takut lagi apabila dicap sebagai Jerambang. Sebaliknya, orang Melayu akan
selalu mempercayai keberadaan Jerambang selama sikap takabur dan tinggi hati
merupakan sikap yang tidak diperkenankan dalam budaya Melayu.
Kesimpulan
Wujud dan karakter hantu merupakan
simbol yang mengandung nilai budaya tertentu dalam suatu masyarakat. Dengan memahami
makna hantu dalam kehidupan sosial, dapat dipahami mengapa wujud serta karakter
hantu dalam masing-masing masyarakat dapat berbeda dengan masyarakat lainnya. Wujud
dan karakter hantu yang dicitrakan oleh manusia dipengaruhi oleh nilai budaya (makna)
apa yang dilekatkan kepada hantu tersebut. Jika pepatah lama mengatakan lain
lubuk lain ikan, maka lain masyarakat lain pula hantunya.
Ditulis Untuk Siaran Rampai Budaya RRI Pratama Tanjungpinang - KEPRI
[1]
Pengertian hantu sebagaimana
disampaikan informan tersebut menjadi dasar perumusan judul tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar