Selamat Datang

Selamat membaca dan mengutip, jangan menjadi plagiat
Bagi pemilik tulisan harap kunjungi "surat untuk penulis"

Minggu, 17 Juni 2012

JEAN BAUDRILLARD:


PEMIKIRAN TEORETIS DASAR

                BIARPUN sulit menggolongkan Michel Foucault, Jean Baudrillard adalah seorang postmodernis tulen. Karyanya mempunyai pengaruh besar terhadap teori sosial postmodern dan mempengaruhi kaum postmodernis dibidang-bidang lain (Bertens, 1995). Banyak pengamat tidak hanya melihatnya sebagai seorang postmodernis, tetapi dia merupakan wakil terpenting dari pendekatan postmodern (misalnya, Kellner, 1994). Namun, posisi Baudrillard sebagai pemikir sosial tidak sejelas seperti yang dianggap. Baudrillard sendiri jarang1 memakai istilah postmodern dan terkadang membencinya sebagai gambar orientasinya. (Gane, 1993). Misalnya, Baudrillard menegaskan dibawah ini :
“Tidak ada postmodernisme. Jika anda menafsirnya demikian, jelaslah bahwa anda tidak menggambarkan kekosongan ini ….. tiada yang saya lakukan dalam hal ini …. Saya tidak mengenal diri saya sendiri didalam semuanya ini”.
(Baudrillard, dalam Gene, 1933-22-33).


Gane lebih jauh menegaskan bahwa “semua upaya Baudrillard adalah melawan postmodernisme” (1991b : 55). Misalnya, Baudrillard (1980-1985/1990 : 150) melihat postmodernitas sebagai fase sejarah yang "“aling merosot"” masyarakat postmodernisme dipandang telah menutup kesempatan yang dibuka pada akhir postmodernisme. selanjutnya, Keller (1994 : 14) mengatakan : “Gane amat keliru mengklaim bahwa masalah Baudrillard tidak boleh ditafsir sesuai dengan postmodern”. Seakan-akan keadaan sudah cukup membingungkan, menurut Zurbrugg (1993), Baudrilard menggabungkan pendekatan modern dan postmodern.

                Sementara debat mengenai apakab Baudrillard seorang postmodernis atau bukan, cukup menarik, mungkin muncul pertanyaan yang keliru. Menempatkan Baudrillard (atau Foucault) ke dalam kotak, menurutnya, merupakan label yang baik dan menyenangkan. Hal ini amat modern dilakukan dan inilah yang diwakili oleh teori sosial postmodern. Seperti telah kita lihat, Foucault berusaha menentang penggolongan dirinya dan pemikiran-pemikirannya. Pertanyaan yang lebih penting adalah : Apakah karya Baudrillard telah mempengaruhi pemikiran mereka yang menganggap dirinya teorikus postmodern? Jawabannya “ya” dan karena alasan inilah, kita menganggap Baudrillard seorang teorikus sosial postmosern.

                Mungkin salah, apa yang dipertanyakan orang lain : Apakah Baudrillard seorang sosilog? Biarpun Baudrillard mengajar sosiolog dan kadang mengidentifikasi dirinya dengan sosiologi, namun dia mengambil jarak dari disiplin2 tersebut :
“Saya lebih suka singolaritas, peristiwa yang lebih lagi. Saya kira, sosiologi merupakan disiplin yang reduktif … saya tidak menganggap diri sosiolog. Saya lebih melihat pengaruh simbolik dan bukan data-data sosiologis”.
(Baudrillard, dalam Gane, 1993 : 81).

Pernyataan paling terkenal dari Baudrillard sbb :
“Sudut pandang saya sepenuhnya metafisis. Karena sesuatu hal, saya bisa saja seorang metafisis, mungkin moralis, tetapi tentu bukan sosiolog. Satu-satunya karya “sosiologis” yang saya klaim adalah upaya saya memberi tujuan pada konsep sosial.
(Baudrillard dalam Gane, 1993).

Jika kita menyelidiki seluruh pernyataan Baudrillard mengenai masalah ini, ada ambiguitas, apakah dia seorang sosiolog atau seorang postmodernis. Mungkin kita menanyakan pertanyaan keliru. Masalah sebenarannya : apakah pemikiran Baudrillard telah mempengaruhi pemikiran para sosiolog? Kenyataan bahwa pemikiran banyak teorikus sosial (yang adalah sosiolog) terpengaruh oleh karya Baudrillard, banyak dasar pemikiran sosiolog lebih atau kurang melupakan pemikirannya3. Namun, mungkin bahwa pengaruh Baudrillard pada sosiolodi akan berkembang ditahun-tahun mendatang.

                Agaknya kita mengangkat pertanyaan lain : Apa yang dimaksudkan Baudrillard dalam kutipan di paragraf sebelumnya yakni : “tujuan sosial?” yang dimaksudkan bahwa : yang “sosial” telah melebur kedalam “massa”. Faktor sosial kunci seperti pembedaan kelas dan etnik hilang dengan terciptanya massa yang besar dan “homogen”. Kita dapat mengatakan lebih perihal pemikirannya mengenai massa, terutama pada Bab berikut, namun penting ditegaskan bahwa massa, bagi Baudrillard dianggap sebagai kategori statistik dan bukan sebagai kolektifitas sosial. Karena massa itu merupakan kategori “non-sosial”, dan melebur didalam massa, maka faktor “sosial” itu “mati”. Jika mati, maka sosiologi yang mengangkat faktor sosial sebagai bahannya, juga “mati” dalam pandangan Baudrillard. Maka, kita memerlukan cara berpikir baru mengenai dunia dan seluruh kosa kata untuk berpikir tentangnya.

                Pertanyaan lain yang mungkin salah arah : Apakah Baudrillard seorang teorikus? Secara sepintas, jelaslah bahwa dia seorang teorikus. Dia menawarkan serangkaia pemikiran yang umum dan abstrak mengenai hakikat masyarakat. Namun, ada masalah dalam pemikiran mengenai Baudrillard sebagai seorang teorikus.

·         Misalnya, teori biasanya diarahkan untuk menegaskan kebenaran, dan Baudrillard menyatakan bahwa kebenaran tidak ada, dapatkah kita sungguh memikirkan dia sebagai seorang teorikus? Daripada mencari kebenaran, “satu-satunya hal yang dapat anda lakukan (dengan teori) adalah bermain dengan logika provokatif” (Baudrillard, dalam Gane, 1993 : 124).

·         Karena dia menolak kenyataan, pendekatan Baudrillard sungguh teori anti-sosial. “4dalam pengertian bahwa dia menolak tujuan tradisional teori sosial “yakni merefleksikan kenyataan dan secara kritis terlibat dalam kenyataan tersebut” (Smart, 1993b : 52).

·         Baudrillard (1990/1993 : 110) juga percaya bahwa tidak mungkin memprediksikan apa yang akan terjadi dengan akibat bahwa “teori tidak lebih dari ini : “sebuah jebakan dalam harapan bahwa kenyataan akan cukup naif untuk jatuh kedalamnya”.

Baudrillard membuat teori seekstrem ini, (ide yang dikembangkan oleh Alfred Jarry), sehingga banyak orang tak menganggapnya sebagai teori. Baudrillard (1976/1993 : 5) melihat manfaat besar didalam “pata-fisik” (Alfred Jarry mengembangkan ide ini) atau “pengetahuan mengenai solusi imajiner” yakni : “ilmu pengetahuan – fiksi mengenai pembalikan sistem melawan dirinya sendiri pada batas tiruan yang ekstrem”.
Dia menegaskan bahwa “pata-fisik” merupakan satu-satunya jalan untuk melawan sistem yang lebih nyata dari yang nyata (“hiper-real”) didalam hidup kita. Maka,
“Saya tidak tertarik denan realisme…. Buku-buku saya merupakan skenario. Saya membidik tujuan setiap hal…. Itu sebuah permainan, provokasi. Bukan untuk menghentikan segala sesuatu, namun sebaliknya, membuat segala sesuatu mulai lagi. Jadi, anda tahu, saya jauh dari pesimis”.
(Baudrillard, dalam Gane, 1993 : 132-133)

Atau, “apa yang coba saya lakukan adalah memberi tantangan terhadap realitas dan maknanya, mengarahkan dan bermain dengannya”. (Baudrillard, dalan Gene, 1993 : 137). Bagi Baudrillard, menulis adalah sebuah “strategi yang fatal”5 yang membuatnya ekstem. Dia melihat sikap ekstemnya sebagai tindakan politis : “sungguh, menulis adalah satu-satunya tindakan politik yang dapat saya lakukan” (Baudrillard, dalam Gene, 1993 : 181). Dalam pandangan Rojek dan Turner (1993 : xi) karya pata-fisik Baudrillard : “lebih dekat dengan konvensi pengetahuan fiksi dari karya-karyanya dalam sosiologi (dan teori sosiologis)”. Kellner (1994 : 13) mengatakan : “saya lebih suka membaca karya Baudrillard sebagai sebuah fiksi pengetahuan (science Fiction), yang mendantisipasi masa depan dengan membesar-besarkan kecenderungan masa kini, dan memberi peringatan tentang apa yang akan terjadi jika masa kini cenderung berlanjut terus”.

                Atau, apakah Baudrillard lebih baik dianggap sebagai seorang penyair? (Dia sungguh menulis puisi). Dia mengakui bahwa :
“Dibalik semua rumusan teoretis dan analitis saya, selalu ada jejak ke aphorisme, anekdot dan fragmen. Orang dapat menyebutnya puisi”.
(Baudrillard, dalam Gene, 1993 : 166).
Namun, bila saat itu dia penyair, disaat lain dia lebih sebagai seorang teorikus.
                Maka, sulilah mengajak Baudrillard untuk berfikir. Seorang postmodernis? Sosiolog? Teorikus? Penulis “Science Fiction?”, Penyair? Baudrillard termasuk semuanya itu sekaligus tidak termasuk sama sekali. Betapa postmodern dia?

                Tidak mengherankan kalau kita lebih kesulitan mengklarifikasi hakikat karyanya daripada mengidentifikasi pengarangnya. Ada dua pelajaran dari sini. Pertama, Baudrillard sering bertahan, diantara hal lain, dengan menolak konsepnya yang paling mendasar. Kedua, lebih dari bertahun-tahun, karya Baudrillard telah banyak mengalami perubahan yang signifikan. Ada sejumlah pandangan teoretis berbeda yang dikembangkan oleh Baudrillard dalam karirnya. Sementara ada kesinambungan didalam isi karyanya, ada pula banyak perubahan.

MASYARAKAT KONSUMER

                Karya awal Baudrillard (1968, 1970, Wernick, 1991) amat dipengaruhi oleh pandangan Marx dan fokusnya pada ekonomi. Ketika Marxx dan banyak Marxis tradisional berfokus pada produksi, Baudrillard lebih tertarik dengan konsumsi. Dengan perhatian pada konsumsi, Baudrillard menggabungkan banyak Marxis dizamannya, terutama teorikus kritis, dengan membimbing mereka kearah analisis yang lebih bernuansa kebudayaan. Namun, dalam karya awalnya, Baudrillard lebih sebagian Marxis daripada teman sebayanya : “Baudrillard, dalam banyak pengertian, tetap bersandar pada teori Marx, dia memberi lebih banyak perhatian pada ekonomi dan proses material didalam analisis kebudayaan daripada kaum Marxis lain dizamannya” (Gane, 1991a : 70-71).

                Amerika sebagai paradigma dalam kehidupan material didunia ini, Baudrillard curiga bahwa Amerika (dan dia melihat itu) adalah rumah bagi masyarakat konsumer. Eropa dianggap sebagai menyaksikan : “kecenderugan besar menuju model Amerika” (Baudruillard, didalam Poster, 1988 : 11). Sekali Eropa mengambil model konsumsi Amerika, akan ada konsolidasi konsumsi “yang secara harmonis sesuai dengan konsolidasi penuh dan kontrol produksi” (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 12). Disamping fokusnya pada konsumsi, Baudrillard, didalam tahap awal karirnya, mengambil posisi Marx tradisional dan terus menyesuaikan diri dengan keunggulan terakhir terhadap produksi. Dia melihat obyek konsumsi sebagai “diwarnai oleh tatanan produksi” (Baudrillard, didalam Poster, 1988 : 22). Dengan kata lain “kebutuhan dan konsumsi merupakan perluasan yang terorganisir atas kekuatan-kekuatan produktif” (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 43). Selain menerima model super-struktur yang sederhana ini, Baudrillard menyetujui manfaat konsumsi. Seperti ditegaskan Gene (1991a : 57). Konsumsi “bukanlah tambahan kecil pada roda modal ….namun konsumsi merupakan kekuatan produktif penting bagi modal itu sendiri”.

                Baudrillard muda juga dipengaruhi oleh kaum strukturalis, termasuk bahasa struktural. Akibatnya, dia melihat sistem obyek konsumsi, dan sistem komunikasi sebagai “kode signifikasi” yang mengontrol baik obyek maupun individu dalam masyarakat. Genosko pun menegaskan : “klaim utama Baudrillard adalah bahwa obyek telah menjadi tanda yang nilainya ditentukan oleh kode disipliner (1994 : xiii).
Disinilah kita pertama bertemu dan merubah konsep mengenai “kode” didalam karya Baudrillard. Kita akan berkata lebih banyak tentang konsep ini, sepanjang bab berikutnya, dan kita sekarang dapat, mengikuti Genesko, menyebutnya sebagai : “sistem kontrol tanda-tanda”. Dengan kata lain, “Kode, dalam pengertiannya yang paling umum, merupakan sistem aturan untuk menggabungkan rangkaian istilah kedalam pesan”. (Genesko, 1994 : 36). Obyek konsumsi, merupakan bagian dari sistem tanda ini. Maka, kita dapat memikirkan istilah “diskursus tentang obyek” dan setiap orang dapat “membaca” dan memahami komunikasi seperti itu”. (Baudrillard, 1972/1981 : 37).

                Ketika kita memakai obyek, kita sedang memakai tanda dalam proses membatasi diri kita sendiri. Kategori obyek dilihat sebagai : menghasilkan kategori ‘person’. “Melalui obyek, setiap orang dan kelompok mencari tempatnya dalam tatanan, sedangkan yang lainnya mencoba mengarahkan tatanan ini menurut lintasan pribadi. Melalui obyek, masyarakat yang terstratifikasi bicara…untuk menjaga setiap-setiaporang pada tempatnya” (Baudrillard, 1972/1981 : 38). Dengan kata lain, setiap orang dilihat dari apa yang dia konsumsikan dan dibedakan dari bentuk lain obyek yang dikonsumsi. Jadi, apa yang kita konsumsikan tidak begitu banyak obyek, tetapi tanda (lambang). “Konsumsi….adalah tindakan sistematis dalam memanipulasi tanda…untuk menjadi obyek konsumsi, obyek harus menjadi tanda”. (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 22). Didalam mengkonsumsi obyek tertentu, kita ditandai (walaupun tidak disadari) sehingga kita mirip dengan mereka juga yang mengkonsumsi obyek itu, dan bahwa kita berbeda dengan mereka yang mengkonsumsi obyek lain. Inilah kode yang mengontrol apa yang kita konsumsikan dan apa yang tidak.

                Bagi orang biasa, dunia konsumsi agaknya cukup bebas. Kalau kita mempunyai uang, agaknya kita bebas membeli apa yang kita inginkan. Namun, kita bebas untuk mengonsumsi hanya semata-mata obyek dan tanda yang berbeda. Didalam konsumsi, kita semua merasa sangat unik, namun kita identik dengan orang lain dalam kelompok sosial. Anggota-anggota kelompok mengonsumsi banyak hal yang sama. Jelaslah bahwa kita tidak sebebas seperti yang kita pikirkan.

                Baudrillard menegaskan bahwa : dalam dunia yang dikontrol oleh kode, konsumsi berhenti ketika apa yang kita sebut “kebutuhan” terpuaskan. Ide tentang “kebutuhan” berasal dari pemisahan yang salah mengenai subyek dan obyek; hasil akhirnya adalah : tautologi subyek-obyek yang dibatasi oleh istilah satu sama lain. Baudrillard mau mendekonstruksikan dikotomi subyek-obyek dan lebih umum, pengertian tentang kebutuhan. Kita tidak perlu membeli apa yang kita butuhkan, tetapi apa yang dikatakan kode pada kita seharusnya kita beli. Kebutuhan sendiri pun ditentukan oleh kode… “Hanya ada kebutuhan karena sistem memerlukan” (Baudrillard, 1972/1981 : 82).

                Konsumsi pun tidak berbuat banyak berhadapan dengan apa yang kita anggap sebagai “realitas”. Konsumsi lebih menyangkut “kepemilikan tanda-obyek yang tetap dan sistematis atas konsumsi” (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 25). Tanda-obyek ini, dan kode yang merupakan bagian darinya, tidaklah “real” (nyata). Dari sudut pandang ini, ketika kita membeli sebuah Mc Donald besar, kita tidak hanya membeli makanan, tetapi kita pun mendapat ‘image’ betapa besarnya Mc Donald bagi kita….

                Didalam masyarakat konsumer yang dikontrol dengan kode, hubungan manusia telah diubah menjadi hubungan dengan obyek, terutama dengan konsumsi obyek-obyek itu. Baudrillard (dalam Poster, 1982 : 29) mengatakan : “Kita sedang hidup dizaman obyek”. Obyek ini tidak lagi bermakna, karena kegunaan mereka (dalam istilah Marx6 : “nilai guna”) obyek pun tidak lagi memerlukan makna dari hubungan konkret antara manusia. Makna setiap obyek datang dari hubungannya dengan obyek lain, termasuk perbedaan. Kumpulan atau jaringan obyek membentuk arti dan logikanya sendiri. Obyek adalah tanda dan konsumsi atas tanda obyek itu,membentuk sebuah bahasa yang dapat kita pahami. Komoditas dibeli sebagai sebuah : “pertanyaan dan tanda gaya, prestise, kemewahan, kekuasaan, dll” (Keller, 1994 : 4).
Bagi Baudrillard, (dalam Poster, 1988 : 22), mengikuti Thorstein Veblen, kita telah menjadi masyarakat yang ditandai oleh : “menonjolnya/menyoloknya konsumsi dan kemakmuran”.

                Kita dapat bergabung dan memisahkan diri dari yang lain pada prinsip tanda-obyek yang kita konsumsikan. Apa yang kita butuhkan dalam kapitalisme bukan obyek tertentu, (katakanlah mobil BMW), tetapi kita mau mencari “perbedaan”, tampil beda dan berbeda karena kita memerlukan status sosial dan nilai sosial. Dalam konsumsi dimasyarakat kapitalis modern, bukan soal kesenangan, bukan kesenangan untuk mendapat dan memakai obyek yang kita cari, tetapi lebih soal perbedaan, mau tampil beda. Ini mencuatkan pandangan bahwa kebutuhan tidak dapat dipuaskan. Kita memiliki kebutuhan selama hidup untuk membedakan diri kita dengan orang lain, yang menduduki posisi lain dalam masyarakat.

                Baudrillard (dalam Poster 1988 : 46) berkesimpulan bahwa : “konsumsi adalah sistem yang menjamin pengaturan tanda-tanda dan penggabungan kelompok : konsumsi lantas menjadi moralitas (sistem nilai ideologis) dan sistem komunikasi, struktur pertukaran,…. Organisasi struktural ini, diperuntukkan bagi individu dan mentransendensikan mereka”. Selain sejumlah aspek yang perlu dicatat dari pernyataan ini, ide bahwa konsumsi merupakan bentuk komunikasi perlu digaris bawahi. Ketika mengkonsumsi sesuatu, kita sedang mengkomunikasikan sejumlah hal terhadap yang lain, termasuk kita masuk kelompok mana dan berbeda dengan kelompok mana.

                Didalam pandangan mengenai konsumsi, hubungan Baudrillard (dalam Poster, 1988 : 46) dengan strukturalisme jelas : “konsumsi merupakan sistem makna seperti bahasa (Saussure) atau seperti sistem kekeluargaan dalam masyarakat primitif (Levi-Strauss”. Dibawah ini adalah strukturalisme Baudrillard yang diartikulasikan lebih jelas :
“Pasar, pembeli, penjualan, perolehan komoditi dan obyek/tanda – semua ini membentuk bahasa kita, dan kode yang dikomunikasikan dan dibicarakan oleh seluruh masyarakat kita. Ini merupakan struktur komunikasi dewasa ini “ Sebuah bahasa (Langue) yang bertentangan dengan kebutuhan dan kesenangan individu bukan efek dari perkataan (Parole)”.
(dalam Poster, 1988 : 48).
Biarpun Baudrillard memakai strukturalisme, namun dalam banyak cara, terutama dalam karyanya kemudian dia kritis terhadap strukturalisme.

                Pentingnya konsumsi menunjukan bahwa : ada perubahan besar dalam kapitalisme. Pada abad ke-19, kapitalis memfokuskan perhatian pada bagaimana mengatur buruh dan membiarkan konsumer mengatur diri sendiri. Abad ke-20, fokus beralih ke konsumen yang tidak lagi diizinkan untuk memutuskan apa yang mereka konsumsi, berapa banyak yang dikonsumsi. Kapitalisme mulai yakin bahwa orang mengambil bagian dengan cara tertentu dalam masyarakat konsumer. Lebih jauh, Baudrillard melihat konsumsi sebagai : “pekerja sosial” dan membandingkan kontrol dan eksploitasinya dengan pekerja produktif ditempat kerja. Dengan kata lain, kapitalisme telah menciptakan sebuah “massa konsumsi” yang dapat meledak (Gane, 1991a : 65). Tidak hanya dalam sistem kontrol konsumsi, tetapi juga mencegah jenis tindakan revolusioner kolektif yang diharapkan Marx. Konsumer diarahkan untuk bersama-sama menempatkan diri dalam hubungan dengan kode, “tanpa banyak memunculkan solidaritas kolektif (namun cukup bertentangan) (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 55). Jadi, sulit melihat revolusi sosial yang berasal dari orang-orang yang sibuk mencari uang untuk menjadi konsumer. Maka, perlu dicatat bahwa Baudrillard telah melakukan analisa kritis terhadap masyarakat konsumer tanpa subyek yang revolusioner seperti Proletariat Marx.

                Dalam karya awalnya, Baudrillard masih berpikir soal kelas sosial. Elit tidak dibatasi oleh obyek ataupun konsumsi, tetapi oleh kekuasaan ekonomis dan politis mereka, dan kemampuan mereka didalam memanipulasi massa dan tanda. Kelas menengah dan bawah, kurang memiliki kekuatan ini sehingga akibatnya bahwa mereka ditinggalkan dan hanya memikirkan obyek dan konsumsi. Namun, kode tidak lepas dari konflik kelas dengan kelas. Kode menguntungkan kelas yang memerintah. Baudrillard melihat bahwa (1972/1981 : 119) Kode merupakan “batu penjuru dominasi”. Kode baru berkembang otonom dalam karyanya kemudian, dan bahkan lebih terkontrol. Dia menyimpulkan bahwa : dominasi kelas mungkin hanya merupakan selingan sejarah dan masyarakat muncul lagi dan didominasi oleh tanda dan kode.

                Baudrillard sebenarnya ingin menjernihkan ekonomi politik Marx dan menggabungkan konsumsi tanda, lebih umum, kode ke dalamnya. Dia mempertentangkan ini dengan posisi Marx bahwa kebudayaan (termasuk tanda dan kode) merupakan sebuah gejala yang dikontrol dan didominasi oleh kelas dominan. Menurut Baudrillard, revolusi dalam bidang produksi tidak bermaksud meruntuhkan kebudayaan dan kode.

                Baudrillard juga memakai pemikiran mengenai “sarana konsumsi” sebagai paralel dengan konsep Marx tentang saran produksi. Meskipun dia dipengaruhi oleh strukturalisme, Baudrillard dalam karya awalnya tetap lekat dalam basis material Marx. Paradigmanya mengenai sarana baru untuk konsumsi agaknya berbeda dengan “toko obat”7 Prancis, meskipun dia segera menawarkan “mall belanja” yang jauh lebih umum dan signifikan sebagai model alternatif.

                Bagi Baudrillard, toko obat (Prancis) (dan Mall) adalah : “sintesis dari kelimpahan dan kalkulasi….yang memungkinkan sintetis semua kegiatan konsumer, bukan apa yang dibelanja, mereka-reka obyek, malas bertualang dan semua perubahan atas unsur-unsur itu”. (Baudrillar, dalam Poster, 1988 : 31). Kuncinya disini yakni : “eksplorasi yang malas” dan dalam pengertian ini, toko obat (dan mall belanja) lebih cocok dalam pandangan Baudrillard terhadap konsumsi modern, dan bukan supermarket dimana orang hanya diarahkan untuk belanja hal-hal tertentu yang diperlukan.

                Didalam analisisnya tentang “toko obat”, Baudrillard tidak hanya mempertahankan beberapa materialisme Marx, dia juga menggabungkannya dengan unsur-unsur posisi strukturalisnya. Dia berpendapat bahwa : fungsi toko obat berbeda dengan supermarket, dimana tujuannya yakni : membiarkan pembeli dengan mudah memperoleh apa yang dapat dikonsumsikan. Toko obat “mempraktekkan penggabungan tanda-tanda dimana semua kategori barang-barang dianggap sebagai sebagian medan dalam konsumerisme tanda-tanda”.(Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 32). Jadi, fokusnya pada sistem tanda, kode dan bukan komoditas tertentu, atau setting tertentu yang dipasarkan atau dibeli.

                Baudrillard terus membahas “mall belanja” lebih lanjut. Namun, teknologi kontemporer belum dimiliki, Baudrillard tahu pentingnya apa yang dilakukan pusat perbelanjaan terhadap ruang dan waktu (Giddens, 1984; Harvey, 1989). Didalam skala waktu, mall “sepenuhnya berbeda dengan perubahan musim….mendatangkan musim bunga abadi….seseorang tak perlu menjadi budak waktu. Mall, seperti jalan-jalan kota, dapat digapai 7 hari seminggu, siang atau malam”. (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 34). Mall juga mengurangi tekanan ruang dengan menjual barang-barang yang dikenal luas didunia. Baudrillard berkesimpulan : “Disini, kita berada dipusat konsumsi sebagai kegiatan hidup setiap hari, sebagai homogenisasi penuh,….perbelanjaan terus-menerus….pusat belanja paling top, “pantheon” kita yang baru, “pandemonium” kita, membawa serta semua dewa, iblis dan konsumsi” (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 34-35). Didalam dunia konsumerisme yang histeris ini, yang hilang dalam proses adalah : kemungkinan mencapai semacam makna dari konsumsi.

                Baudrillard tahu pentingnya kartu kredit bagi mall belanja, dan lebih umum bagi masyarakat konsumer (Ritzer, 1995). Seperti dia tegaskan : “kartu itu membebaskan kita dari cek, tunai, bahkan dari kesulitan finansial diakhir bulan” (Baudrillard, dalam Poster, 1988 : 34).

                Masyarakat konsumer merupakan tempat dimana segala sesuatu diperjual-belikan. Tidak hanya semua tanda komoditas, tetapi semua tanda adalah komoditas. “Semua obyek, pelayanan, seks, kebudayaan, pengetahuan, dsb” dihasilkan dan ditukar (Baudrillard, 1972/1981 : 147 – 148). Tanda-tanda, komoditas, dan kebudayaan saling berkaitan. Seni yang tinggi, serpihan jagung, tubuh manusia, tindakan seks, dan teori abstrak adalah tanda semua, dan semuanya diperdagangkan.

                Baudrillard kritis terhadap masyarakat konsumer. Dia memandangnya sebagai menciptakan serangkaian keinginan jahat dan histeria yang digeneralisir (Gene, 1991a). tanpa “poin Archimedian”, dapatlah Baudrillard mengadakan penilaian negatif tentang masyarakat konsumer? Bauman menilai hal ini, dalam rangka mengubah dunia, dengan referensi pada karya Baudrillard :
“Semua humus tanah tersiram oleh aliran kenyataan yang buruk, tidak ada lagi petunjuk Archimedes, untuk dapat dicapai, atau sekurang-kurangnya dibayangkan, tak seorang pun menjadi sumbu pengungkit yang diperlukan untuk memaksa dunia tergelincir dari sel”.
(Bauman, 1992 : 152).
Ini masalah serius karena Baudrillard menolak teori-teori ‘esensial’ (seperti Marxisme) yang telah memberi semacam petunjuk Archimedes kepadanya. Teori semacam ini didasarkan pada pengertian bahwa sistem yang baru adalah distorsi “bentuk yang real, asli dan manusiawi dari konsumsi” (Gane, 1991a : 69). Misalnya, mengikuti Marx, Marcuse dilihat sebagai seseorang yang “mendalilkan rangkaian kebutuhan manusiawi mendasar yang dapat dijadikan tantangan bagi sistem modern”. (Gene, 1991b : 87).

                Baudrillard (dalam Gane, 1993 : 193) ditinggalkan tanpa “kriteria untuk menilai apakah hal-hal yang dilakukan orang baik atau buruk”. Baudrillard, seperti akan kita lihat, berusaha menempatkan masalah ini dengan konsepnya mengenai : “pertukaran simbolik”. Seperti ditegaskan Gane (1991b : 81) “pertukaran simbolik dipilih sebagai basis universal, sejenis kebutuhan substruktural dan karena itu, merupakan posisi dimana tantangan baru terhadap dunia modern dapat dibuat”. Namun demikian, ini menimbulkan pertanyaan : “Bukankah Baudrillard berhenti menciptakan teori esensialis yang dia kritik ketika itu dipilih oleh Marcuse dan kaum Marxis lainnya? Ini menjurus pada kenyataan yang digambarkan Gane (1991a : 76) bahwa : pertukaran simbolik semacam “komunisme kebudayaan”.

                Gane (1991b : 7) dengan jelas melihat semua karya Baudrillard yang mendasarkan pikirannya pada pertukaran simbolik : “proyeknya harus dianggap sebagai serangan terhadap dunia “yang terbengkalai” (dunia modern telah kehilangan pesonanya) dari sudut pandang kebudayaan simbolik”. Lebih khusus, Baudrillard terlibat dalam “ujian umum mengenai perbedaan antara tatanan simbolik dan semiologis” (Gane, 1991a : 75). Sedikit lebih agresif, kita dapat mengatakan bahwa : “karya Baudrillard menyangkut sebuah perjuangan melawan dominasi tanda atas nama pertukaran simbolik”. (Genosko, 1994).

MEMUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN MARX
DAN MARXISME

                Baudrillard (1973/1975) tentang : “The Mirror of Production” perlu dicatat karena didalamnya, Baudrillard memutuskan hubungan secara radikal dengan teori Marx8. Tidak dikatakan bahwa Baudrillard tidak menkritik Marx sebelumnya, misalnya dia bicara tentang “Injil Marx” (Baudrillard, 1972/1981 : 145). Namun didalam “cermin”, kita menemukan semua hal yang mau kita kritik.

                Judul karyanya ini amat berarti. Baudrillard berpendapat bahwa : Marx, dalam teorinya mengenai kapitalisme, telah menciptakan gambaran cermin teori produksi dalam masyarakat kapitalis. Biarpun Marx menciptakan sebuah gambaran mengenai kapitalisme, namun gambaran itu dipengaruhi dan didistorsi oleh kapitalisme. Baudrillard menuju Marx, tidak memutuskan hubungan secara radikal dengan kapitalisme, dan teori kapitalisme yang dihasilkan oleh ekonom politis dan yang lainnya : “Marx membuat kritik radikal terhadap ekonomi politis, namun dalam format ekonomi politis” (Baudrillard, 1973/1975 : 50). Marx dianggap menerima konsep fundamenntal kapitalisme dan mendukungnya. Dia dilihat “tidak mengubah sesuatu yang mendasar” dalam rangkaian ide itu (Baudrillard, 1973/1975 : 33). Satu dari seorang pemikir yang paling radikal dilihat sebagai tidak cukup radikal bagi perasaan Baudrillard.

                Marxisme, sebagai sekolah pemikiran, dilihat sebagai disuntik “virus pemikiran borjuis” (Baudrillard, 1973/1975 : 39). Kaum Marxis kemudian dituduh membantu dan bersekongkol dengan sistem itu : “Marxisme membantu kelicikan modal” (Baudrillard, 1973/1975 : 31). Lalu, Baudrillard (1973/1975 : 50) berkesimpulan bahwa : dia ingin “diakhiri dengan Marxisme yang telah menjadi lebih spesialis dalam jalan buntu kapitalisme daripada dalam jalan menuju revolusi”. Dengan kata lain, tujuannya adalah melakukan apa yang oleh Marx dan Marxis lain gagal dilakukan - memecahkan cermin produksi untuk membuka kemungkinan revolusioner baru. (Baudrillard akhirnya tidak percaya akan adanya revolusi sosial).

                Baudrillard berpendapat bahwa Marx tidak memberikan kritik yang memadai. Karena kepitalis dan semua kontradiksinya, belum sepenuhnya dikembangkan. Kenyataan ini memperlemah analisa sejarah Marx, analisanya terhadap Kapitalisme dewasa ini, dan penolakannya terhadap masa depan masyarakat. Menurut Baudrillard, (1973/1975 : 36), Marx bersalah terhadap “pengudusan kerja”. Pemikiran para ekonom politis dibawa oleh Marx dalam melihat pentingnya kerja terutama kerja yang kreatif. Marx tidak dapat memikirkan sejumlah hal lain termasuk : “pemecatan, pemborosan, pengorbanan, permainan dan simbolisme….pemborosan energi sebagai kekuatan tubuh, permainan dengan kematian atau bertindak diluar keinginan”. (Baudrillard, 1973/1975 : 42,44). Konsep utama Baudrillard yakni : “pertukaran simbol”. Perhatian Marx pada pertukaran ekonomi membutakannya terhadap pentingnya pertukaran simbolik. Menurut Baudrillard, masalah nyata didalam dunia modern yakni : “putusnya hubungan antara pertukaran simbolik dan kerja dan bukan seperti yang dilihat Marx, pemecahan antara kerja “abstrak” dan konkret. Maka, karya Baudrillard didalam masyarakat dewasa ini, berhenti pada bentuk pertukaran simbolik. Kerja seperti ini kehilangan simbolnya, kaitannya dan kualitasnya.

                Baudrillard melihat 3 tahap dalam sejarah ekonomi politik. Pada tahap pertama, menyangkut masyarakat kuno dan feodal, hanya kelebihan produksi material yang ditukar. Tahap kedua, tahap kapitalistik, seluruh nilai dari produksi industri ditukar, dan ini satu hal penting dalam pemikiran Marx. Tahap ketiga, apa yang dianggap tidak dapat diasingkan, ditukar : “kebajikan, cinta, pengetahuan dan kesadaran” (Baudrillard, 1973/1975 : 119). Didalam kasus pertukaran ekonomi, semua pertukaran seperti ini kehilangan kualitas simboliknya. Dalam pandangan Baudrillard, tahap ketiga ini sekurang-kurangnya berbeda dan revolusioner seperti tahap kedua. Namun ini dilupakan oleh Marx dan ekonom politik lainnya.

                Baudrillard juga berpendapat bahwa : kita telah bergerak melampaui masyarakat yang ditandai oleh alienasi (dia kadang-kadang memakai istilah Durkheim : “anomi”9 dalam konteks yang sama).
Dia memberi cap pada era alienasi dan anomi sebagai era politis dan melihatnya sebagai era yang ditandai krisis, kekerasan, dan revolusi (Tidak ada revolusi dalam masyarakat primitif yang ditandai pertukaran simbolik). Namun kita telah bergerak melampaui era politis dan alienasinya, lalu sekarang, kita hidup dalam era trans-politik yang ditandai anomali. (Baudrillard, 1983/1990 : 26) (alienasi dan anomi, memiliki konsekuensi mendasar dan signifikan). Sebagai contoh anomali ini dia memakai sandra yang diculik teroris. Sandra yang diculik mempunyai resiko besar. Teroris tidak tepat mencapai tujuan mereka dalam menculik sandra. Lalu, ketika status sandra masih belum jelas, (seseorang ditempat yang salah dan waktu yang salah dapat menjadi sandra) maka “tidak ada lagi aturan untuk permainan hidup dan matinya……..sandra diluar aliensi” (Baudrillard, 1983/1990 : 35). Selanjutnya Baudrillard (1983/1990 : 35) berpendapat bahwa “kita semua adalah sandra”. Kita semua teraliensi, kurang berarti. Inilah pandangan teoretis Baudrillard :
“Kita semua adalah sandra, dan juga teroris lingkaran ini menunjukan bahwa seseorang sekaligus tuan dan hamba, mendominasi dan didominasi, mengeksploitasi dan dieksploitasi. Inilah konstelasi budak dan proletariat satu lebih buruk dari yang lain, namun, sekurang-kurangnya, ini membebaskan kita dari nostalgia bebas dan kelicikan sejarah. Inilah awal era trans-politik”.
(Baudrillard, 1983/1990 : 39)

Dengan demikian, hubungan proletariat-kapitalis yang berarti telah berlalu. Ini digantikan oleh relasi tanpa arti antara teroris dan sandra. Bagi Baudrillard, hubungan kedua ini lebih buruk dari yang pertama.

                Perlu dicatat bahwa biarpun Baudrillard memisahkan dirinya dari Marx, Kroker (dalam Featherstone; 1991 : 85) menggambarkan Baudrillard sebagai “Marxis yang terakhir dan terbaik”. Namun demikian, Baudrillard yakin bahwa kita perlu bergerak melampaui teori Marx : “Cermin produksi tempat refleksi metafisika Barat, harus dipecahkan”. (Baudrillard, 1973/1975 : 47). Sementara konsep Marx ingin menghancurkan imperialisme konsep Borjuis, Marxisme melakukan banyak hal yang sama sebagai pemikiran Borjuis, didalam membuat pemikiran dan konsep : “trans-politik”. Maka, pemikiran Marx, seperti pemikir borjuis, perlu dihancurkan.

                Setelah memulai proses memecahkan teori Marx dan konsepnya, Baudrillard dihadapkan dengan masalah bagaimana menemukan pandangan alternatif. Alternatif itu mulai timbul lebih jelas dalam :  “Symbolic Exchange and Death”.

PERTUKARAN SIMBOLIK

                Kita telah melihat pentingnya Marx bagi karya Baudrillard, namun dengan konsep pertukaran simbolik, kita mulai melihat pengaruh kuat pemikiran Emile Durkheim10mengenai hubungan antara ekses, pengeluaran, kedaulatan dan usahanya mengaitkannya dengan masyarakat yang lebih besar. Gene (1991a, 1991b) menegaskan bahwa : baik Marx maupun Durkheim mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran Baudrillard, dengan akibat bahwa ada ketegangan tak terpecahkan dalam pemikiran ini.

                Simbol amat penting bagi Durkheim, juga Baudrillard dalam konsepnya mengenai pertukaran simbolik. Baudrillard dan Durkheim “mengambil sejarah dunia 2 tahap : masyarakat segmental (simbolik) yang digantikan oleh masyarakat organik (sirmulasi)”. (Gane, 1991b : 200). Lalu, keduanya mempunyai pengertian pethologis yang kuat (misalnya, Anomi Durkheim, konsumerisme Baudrillard, penculikan sandra, terorisme, dsb) didalam dunia modern. Tentu ada banyak perbedaan antara Baudrillard dan Durkheim (misalnya, Anti-rasionalisme Baudrillard versus Rasionalisme Durkheim), namun jelas bahwa pemikiran Baudrillard tentang pertukaran simbol berhutang budi pada karya Durkheim mengenai simbol.

                Konsep pertukaran simbolik penting juga dibahas secara mendalam sebelum berangkat lebih jauh. Pertukaran simbolik menyangkut proses : “mengambil dan mengembalikan”, “memberi dan menerima……siklus pemberian dan balik memberi” (Baudrillard. 1973/1975 : 83, lihat juga 1976/1993 : 136). Pertukaran simbolik didasarkan pada serangkaian prinsip yang menentang pertukaran ekonomis dalam kapitalisme :

·         Pertukaran simbolik tidak produktif, berhadapan dengan pertukaran produktif yang dijumpai dalam ekonomi kapitalis11.

·         Pertukaran simbolik bermaksud menghancurkan dirinya sendiri daripada menciptakan siklus lestari pertukaran komoditas.


·         Resiprositas terus berlangsung dan tidak terbatas pada pertukaran barang-barang tertentu.

·         Dan ada batas tegas mengenai pertukaran barang daripada produksi kelimpahan dan pertukaran barang tanpa batas.

Baudrillard (1980-1985/1990 : 127) memberi t4 bagi amsyarakat primitif dalam rangka pertukaran simbolik. Pertukaran seperti ini merupakan proses primordial (dia dituduh karena memiliki “tema kejam” (Levin, 1981 : 24). Dia menolak pemisahan masyarakat primitif dengan pertukaran simbolik yang terjadi didalamnya : “Masyarakat primitif tidak ada sebagai bagian yang terpisah dari pertukaran simbolik” (Baudrillard, 1973/1975 : 78). Bagi masyarakat primitif, tindakan seperti makan, minim dan hidup merupakan contoh pertukaran simbolik. Maka, Baudrillard berpendapat bahwa : masyarakat seperti ini dapat menjadi laboratorium yang dapat “mengajar sosial” (1973/1975 : 96). Ini merupakan kesamaan lain dengan Durkheim yang memakai suku primitif sebagai laboratoriumnya dalam studi tentang asal agama sosial.

Perlu dicatat bahwa : pujian Baudrillard terhadap pertukaran simbolik dan masyarakat primitif merupakan bagian dari dukungan atau pembelaannya terhadap “non-rasionalitas”. Ini yang menjadi dasar kritiknya terhadap dunia rasional umumnya dan khususnya rasionalitas kapitalis, konsumeris, birokrat, ilmuwan, ahli bahasa dan Marxis.

Ketika kita melihat masyarakat primitif, kita menemukan bahwa : produksi (hasil) dan kerja merupakan tindakan dari pertukaran simbolik. Contoh pekerja tangan, Baudrillard (1973/1975 : 98-99) mengatakan bahwa mereka menghayati “kerja mereka sebagai hubungan pertukaran simbolik”. Baudrillard memakai pemikiran tentang pertukaran simbolik untuk menggeneralisir kerja daripada melihat kerja seperti dalam masyarakat kapitalis :
“Kerja merupakan proses destruksi, juga “produksi” dan dalam hal ini, kerja bersifat simbolik. Kematian, kehilangan dan ketiadaan tergores didalamnya melalui subyek yang tidak bermilik kehilangan subyek dan obyek dalam rangka pertukaran”.
(Baudrillard, 1973/1975 : 99).
Dengan perhatian pada produksi, Marx tidak mampu melihat bahwa destruksi, tidak bermilik, kehilangan dan kematian juga merupakan bagian integral dari kerja.

                Namun, dewasa ini, kita hidup dalam dunia dengan kerja seperti ini, terutama pertukaran simbolik agaknya merupakan tujuan. “Di dalam mesin modal dewasa ini, simbol (memberi dan diberi, resiprositas, pengorbanan) tidak lagi diperhitungkan sebagai sesuatu yang berarti”. (Baudrillard, 1976/1993 : 35). Mengambil satu contoh khusus dari masyarakat dewasa ini, kita tidak lagi melibatkan pertukaran simbolik dengan kematian )orang mati). Dalam masyarakat primitif, kematian, juga ritus-ritusnya, merupakan bagian utuh dari kehidupan. Sekarang kita telah memisahkan kematian dari kehidupan. Maka, menurut Baudrillard, (1983/1990 : 47) : “pertukaran adalah hukum kita”. Hanya pertukaran yang melindungi kita dari nasib. Kita hidup dengan tujuan pertukaran. Dimana pertukaran tidak lagi mungkin, kita menemukan diri dalam situasi fatal, sebuah situasi takdir”. Apa yang kita miliki sebagai ganti pertukaran dewasa ini adalah : “spekulasi gila” (1983/1990 : 50). Menculik sandra, bagi Baudrillard adalah satu contoh dari spekulasi gila seperti ini.

Dari sini, menurut Baudrillard, kita telah berpindah dari ekonomi politis komoditas, (meskipun komoditas adalah tanda) ke ekonomi politis tanda. “Bentuk komoditas telah membuka jalan ke bentuk tanda”. Ini berarti kode kesamaan telah menjadi lebih signifikan dari pertukaran komoditas (Gene, 1991b :III). Semua nilai telah menjadi tanda yang didominasi oleh kode; kode menawarkan “sebuah struktur kontrol dan struktur kekuasaan yang lebih cerdik dan totalitarian daripada eksploitasi”. (Baudrillard, 1973/1975 : 121). Masalah sekarang, dan lebih radikal yakni : manipulasi struktural dari tanda, bukan dominasi dan eksploitasi dari kekuasaan kerja. Kita sedang menyaksikan : “penghancuran simbolik dari seluruh relasi sosial. Ini tidak banyak dilakukan oleh pemilik sarana produksi. Melainkan oleh kontrol kode. Disini ada sebuah revolusi sistem kapitalis yang penting bagi revolusi industri” (Baudrillard, 1973/1975 : 122). Selanjutnya, Gane (1991a : 72) berpendapat bahwa : “itu karena kode merupakan struktur yang bebas doktrin, “tidak dapat dimobilisasikan revolusi terhadapnya”.

                Dunia dewasa ini menghancurkan pertukasan simbolik. Berhadapan dengan ini, Baudrillard menegaskan : “superioritas kebudayaan simbolik, kelemahan dan rawannya tatanan tiruan yang ditemukan di Barat……..tatanan simbolik memiliki hakikat primordial, yang menurut Baudrillard, akan dinyatakan sebagai tatanan lebih tinggi”. (Gane, 1991b : 14). Baudrillard mengkritik kapitalisme dari luar, dari sudut pandang pertukaran simbolik. Marxisme dapat dilihat sebagai kritik kapitalisme dari dalam, dari sudut pandang proletariat yang tereksploitasi dan teralienasi12.

                Mengikut Baudrillard, kita dapat mengatakan bahwa : pertukaran simbolik mendukung dominasi tanda dan kode. Baudrillard tahu bahwa kita dapat berbalik ke masyarakat primitif dan pertukaran simboliknya. Namun, dia melihatnya sebagai sebuah alternatif teoretis yang radikal terhadap dunia kontemporer. Kenyataannya, dia melihatnya sebagai cukup radikal untuk akhirnya menghancurkan “semiokrasi sekurang-kurangnya, dalam teori (Genesko, 1994)13.
                Seperti telah kita lihat, Baudrillard dalam karya awalnya, dipengaruhi oleh linguistik struktural Saussure, namun dia kemudian mengambil jarak darinya. Baudrillard menemukan dalam karyanya, sebuah unsur radikal yang tidak dilihat oleh Saussure sendiri. Ini merupakan sebuah bentuk pertukaran simbolik, yang dapat ditemukan dalam bahasa sendiri, terutama puisi yang merupakan pemberontakan bahasa terhadap hukumnya sendiri. Tidak ada yang tertinggal dalam puisi; karena itu tidak ada kemungkinan akumulasi; hanya ada proses “ take” dan “give” (pertukaran simbolik). “para penyair menciptakan kembali situasi masyarakat primitif dalam materi bahasa : obyek yang ditekan, yang tidak dihalangi dalam pertukaran……… para penyair merupakan tanda pemulihan dari pertukaran simbolik lewat kata-kata”. (Baudrillard, 1976/1993 : 203,205). Berbeda dengan puisi dimana tanda-tanda umumnya terbatas, dalam bahasa yang lebih umum, kita mengalami kelebihan tanda, polusi tanda. Disini  kita menemukan bahasa yang tidak tertukar dan ini dipelajari dibidang linguistik tradisional. Baudrillard menyamakan bangunan bahasa dengan kode. Jadi, Saussure menemukan, “kegiatan struktural dari lambang lewat tanda-tanda, tetapi juga sebaliknya, dekonstruksi tanda dan lambang”. (Baudrillard, 1976/1993 : 195). Saussure telah meletakkan dasar, tidak hanya untuk bahasa; tetapi juga “untuk penyebaran semua bahasa”. (Baudrillard, 1976/1993 : 195).

RANGKUMAN

                Bab ini telah berupaya membahas beberapa akar teoretis dan pemikiran awal Baudrillard. Banyak pemikiran awal fokusnya pada masyarakat konsumer, obyek, tanda, kode, pertukaran simbolik – mempunyai dampak besar pada karyanya kemudian. Selain perbedaan, akar intelektual Baudrillard tertanam didalam teori Saussure, Durkheim dan Marx. Pemikiran-pemikiran yang dibuang oleh Baudrillard sendiri terus menjadi penting bagi analis dunia sosial dewasa ini. Namun, untuk tujuan kita, yang penting adalah kesinambungan antara pemikiran-pemikiran awalnya dengan kemudian. Ini akan dibahas pada bab berikutnya. Ambil satu contoh saja, pemikiran mengenai perukaran simbolik akan muncul kembali sebagai hambatan terhadap konsep Baudrillard mengenai “seduksi”.


Note : Tulisan ini saya copy dari sumber lain. Diterbitkan disini hanya untuk publikasi lebih luas.


1 Akan kita bahas pada Bab 6, istilah postmodern lebih sering muncul dalam karyanya kemudian.
2 Dia pun mengambil jarak dari “akademia” secara umum. Catat penelitian berikut : “seseorang dapat juga menganalisa Kongres akademi (para sarjana, intelektual dan sosiolog) sebagai tempat penyaluran (pengetahan), reproduuksi keturunan menyangkut inteligensia, komunitas agnostik terhadap tanda. Konferensi-konferensi berguna bagi perkembangan pengetahuan sama seperti kuda yang dikerahkan demi suksesnya pacuan”. (Baudrillard, 1972/1981 : 122).
3 Sebagian telah dipengaruhi secara negatif oleh serangan Baudrillard terhadap banyak kepercayaan sosiologi yang paling mendasar.
4 Seperti kita lihat pada Bab I, Antonio (1995) telah menggambarkan Nietzsche yang amat mempengaruhi Baudrillard, dalam mengerjakan “antisosiologi”.
5 Lihat Bab berikut mengenai lebih banyak hal mengenai apa yang dimaksud Baudrillard dengan strategi fatal.
6 Marx memakai “nilai guna” untuk membandingkan dengan “nilai tukar” yang abstrak, umum dan “bernuansa jimat”. Baudrillard berpendapat bahwa : nilai guna mempunyai ciri serupa dengan nilai tukar sehingga harus dikritik oleh ekonom politis. Itu karena didasarkan pada antropologi ahistoris dan idealis, mendewakan nilai guna lebih misterius dan mendalam daripada mendewakan nilai tukar” (Baudrillard, 1972/1981 : 139). Akibatnya, nilai guna tidak dapat didalilkan sebagai alternatif terhadap nilai tukar, sebagai harapan revolusioner.
7 Toko obat Prancis lebih mirip seperti toko kecil dan bukan seperti yang dibayangkan oleh orang Amerika yakni toko besar (farmasi).
8 Baudrillard memutuskan hubungan serupa dengan Freud, psikoanalis, Saussure, dan ahli bahasa.
9 Pergonta-gantian istilah Marx dan Durkheim menunjukan kenyataan (yang akan dibahas) bahwa : pemikiran Baudrillard dipengaruhi oleh pemikiran dari 2 teorikus sosial yang sangat berbeda itu.
10 Menariknya, Baudrillard jarang mengacu langsung ke Durkheim.

11 Lyotard (dikutip dalam Genosko, 1994 : 89) melihat pertukaran simbolik sebagai bagian dari “antropologi Hippie”-nya Baudrillard.
12 Dalam pengertian lain, Marxisme juga mengandung kritik eksternal; kritik dari sudut pandang dunia kominisme yang belum diciptakan.
13 Tentu saja, destruksi teoretis jauh dari destruksi dalam praktis. Lihat pembahasan mengenai “kekuatan orang lemah” pada bab berikut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar